Media Sosial Sebagai Tambang Amal Baik
![]() |
Add caption |
Mengunakan media sosial itu seperti kita mengukir amalan kita, entah amal baik entah amalan yang buruk. Yang kita bawa sampai kapan pun.
Pada masa masa menjelang pemilihan umum seperti ini, seharusnya mata di kasih kaca mata kuda saja kalau membuka Media Sosial sebagai filter, biar tidak melirik lirik postingan yang berbau pelecehan, penghinaan, saling serang, saling memberi gelar nama hewan, saling mengumpat apa sih untungnya buat kalian? Mending fokus pada hobi hobi yang bisa menghasilkan kebahagian, menulis postingan yang bermutu dan bermanfaat untuk orang lain. Sama sama membuat postingan mending postingan yang positif agar kita merasa bahagia dan hati kita tenang.
Bukankah itu termasuk perbuatan mengumpat lagi mencela yang dilarang dalam agama kita? sebagaimana firman Allah dan hadis Nabi di bawah ?
وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
(QS Al-Humazah : 1).
Rosullah Syaiddina MUHAMMAD SAW Bersabda
لَيْسَ اْلمـُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَ لَا اللَّعَّانِ وَ لَا اْلفَاحِشِ وَ لَا اْلبَذِيِّ
“Bukanlah seorang mukmin orang yang suka mencaci, orang yang gemar melaknat, orang yang suka berbuat/ berkata-kata keji dan orang yang berkata-kata kotor/ jorok”.
[HR at-Turmudziy: 1977, al-Bukhoriy di dalam al-Adab al-Mufrad: 312, Ahmad: I/ 404-405 dan al-Hakim. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih, sebagaimana di dalam Shahih Sunan at-Turmudziy: 1610, Shahih al-Adab al-Mufrad: 237, Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 5381 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 320].
Pelajaran dari hadist di atas adalah
Hendaknya setiap muslim menjauhi kebiasaan berkata-kata keji dan kotor/ jorok meskipun hanya sekedar untuk bercanda terutama kepada para pendukung suatu kelompok dengan kelompok lain atau lawan jenisnya. Hal ini banyak kita jumpai senda gurau bahkan banyak yang menseriusi di fesbuk, twitter dan sejenisnya. Lebih baik saling mendukung dalam hal apa saja, saling msmberi motivasi, sebagai wadah silahturohmi.
Apabila ada seseorang yang mengaku dirinya beriman namun masih melakukan salah satu atau lebih dari perilaku buruk tersebut maka dia adalah seseorang yang tidak baik keimanannya atau orang yang tidak sempurna keimanannya. Orang yang beriman itu tidak memiliki sifat-sifat tercela semisal; suka mencaci orang lain, gemar melaknat atau mengutuk, suka berbuat atau berbicara yang keji dan sering mengumbar kaka-kata yang jorok. Membeei julukan hewan, bahkan memfitnah atau memutar balik fakta.
Janganlah mempunyai sifat-sifat tersebut karena akan mendatangkan kerugian dan kenistaan bagi orang yang melakukannya di dunia dan akhirat.
mukmin mempuyai sifat berbicara yang baik atau jika tidak maka ia akan diam untuk menghidari sikap sikap yang melukai orang lain
عن أبي هريرة رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. [HR al-Bukhoriy: 6018, 6019, 6136, 6138, 6476, Muslim: 47, Ibnu Majah: 3971 dan Ahmad: II/ 267, 433, 463, VI/ 31, VI/ 384, 385 dari Abu Syuraih. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, lihat Mukhtashor Shahih Muslim: 32, Shahih Sunan Ibni Majah: 3207 dan Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 6501].
Kebanyakan kesalahan manusia adalah pada lisannya bisa di artikan postingan pada media sosial.
Dari Syaqiq berkata, Pernah Abdullah (bin Mas’ud) ra bertalbiyah di atas bukit shofa. Kemudian berkata, “Wahai lisan, berkatalah yang baik niscaya engkau akan memperoleh kebaikan atau diamlah niscaya engkau akan selamat sebelum engkau menyesal”. Mereka bertanya, “Wahai Abu Abdurrahman (maksudnya; Ibnu Mas’ud), Apakah ini suatu ucapan yang engkau ucapkan sendiri atau yang engkau pernah dengar?”. Beliau ra menjawab, “Tidak, bahkan aku telah mendengar Rosulullah saw bersabda,
أَكْثَرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فىِ لِسَانِهِ
“Kebanyakan dosa anak-anak adam itu ada pada lisannya”. [HR ath-Thabraniy, Abu asy-Syaikh dan Ibnu Asakir. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan, lihat Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 1201, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 534 dan al-Adab: 396].
Semoga kita sebagai umat Islam yang baik, dengan dalil-dalil shahih di atas berusaha menjaga lisan kita dari ucapan-ucapan yang membuat Allah Subhanahu wa ta’ala murka dan mengamalkan dan mempergunakan lisan kita kepada yang membuat-Nya ridla.
Janganlah Kita Memangil Dengan Pangilan Yang Buruk Atau Memberi Laber Binatang
Surat Al-Hujurat Ayat 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Mari kita sama sama belajar agar hati kita senantiasa bersinar sejukmenyejukan membahagikan orang lain berarti kita membahagian diri sendiri.pergunakanlah media sosial sebagai ladang amal baik kita yang akan kita pertanggung jawabkan kelak nanti.